Page 23 - Si Kabayan
P. 23

“Bukan begitu, Bah! Tadi Kang Kabayan memetik buah
            nangka, lalu dihanyutkan. Katanya itu buah nangka akan
            lewat ke kali ini.” Nyi Iteung ikut menjawab.
                 “Ooo maksudnya begitu. Wah kebetulan Abah baru

            pulang dari kebun. Sedang capek begini, sepertinya enak
            kalau makan nangka. Apalagi buah nangka yang matang,
            pasti manis,” ujar Abah sambil menelan air liur.
                 “Makanya bantu Kabayan nunggu buah nangkanya,

            Abah. Kabayan khawatir nyasar nangkanya.”
                 “Tunggu.. tunggu Kabayan. Kamu dapat buah nangka
            dari mana? Kamu ‘kan tidak menanam pohon nangka?”
                 “Namanya orang hidup ya berusaha, berikhtiar Abah.”

                 “Hati-hati! Kamu salah tidak ikhtiarnya. Abah mah tidak
            suka makan makanan yang haram.”
                 Ketika Abah dan Kabayan serta Nyi Iteung sedang
            mengobrol lewatlah Pak RT, Bu RT, dan anaknya. Mereka

            melihat Abah, Kabayan, dan Nyi Iteung sedang berkumpul
            di tepi kali. Mereka mendekatinya.
                 “Ada apa ini, kok berkumpul di tepi kali?” Pak RT
            bertanya.

                 “Lagi menunggu buah nangka lewat, Pak RT.” Nyi Iteung
            menjawab.
                 “Nangka yang ini bukan? Tadi saya menemukannya
            sedang mengambang terbawa arus air di kali sebelah sana,”

            kata Bu RT sambil tangannya memperlihatkan buah nangka.





                                          12
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28