Page 29 - Si Kabayan
P. 29

“Dengarkan dulu, Iteung! Tadi Akang mengkhayal
            menjadi orang kaya, orang kaya yang banyak uang.”
                 Iteung mesem meledek suaminya, “Banyak uang? Akang
            itu banyak uang memang hanya dalam khayalan. Begitulah

            kalau jadi orang malas.”
                 Si Kabayan belum menjawab, istrinya terus mengomel,
            “Hai Kang! Jadi orang itu jangan malas, kalau ingin banyak
            uang kerja...kerja...bukan mengkhayal. Bagaimana bisa uang

            terkumpul banyak dengan cara mengkhayal.”
                 “Aeh...aeh Iteung mengapa jadi ribut?”
                 “Ya Akang sih penyebabnya, tiap hari diam, melamun,
            tidur, seharusnya pergi ke sawah,  ke kebun.”

                 “Iteung! Sekarang ‘kan sedang kemarau, sedang susah
            air, sawah kering, kebun juga tanahnya keras tidak gembur.”
                 “Kalau tahu kemarau, cari usaha lain, dagang, jadi kuli
            atau apalah yang dapat menghasilkan uang.”

                 “Ya, sebenarnya Akang mau dagang, tetapi tidak punya
            modal,“ kata Kabayan.
                 “Begini saja, Kang! Kalau Akang ingin usaha, pergi saja
            ke rumah Juragan Somad, pinjam uang untuk usaha,“ Iteung

            memberi usul kepada suaminya.
                 Si Kabayan merenung mendengar permintaan istrinya,
            tak lama kemudian wajahnya bersinar-sinar, “Benar, Iteung!
            Akang akan menemui Juragan Somad.”

                 Iteung tersenyum puas. Suara azan berkumandang dari
            surau, “Ayo, Kang, masuk. Kita berjamaah salat Magrib!”



                                          18
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34