Page 31 - Si Kabayan
P. 31

Kabut  masih  menutupi  dusun-dusun,  embun  pun
            tampak  berkilauan  di  atas  daun  dan  rumput-rumput,
            tetapi Si Kabayan sudah bersiap-siap ke luar rumah dengan
            barang dagangannya. Ia menembus udara pagi berjalan

            bergegas ke pasar. Pasar sudah ramai. Si Kabayan mengatur
            dagangannya. Beberapa orang menghampiri dagangannya
            dan membelinya. Datang lagi pembeli lain. Dalam tempo
            singkat dagangan itu habis. Si Kabayan bersiap-siap mau

            pulang. Tidak lupa ia pun membeli keperluan dapur sebagai
            oleh-oleh untuk istrinya. Kabayan benar-benar gembira
            karena pulang membawa uang.
                 Dalam  perjalanan,  si  Kabayan  melihat  ayam  jago.

            Matanya tak lepas memandang ayam jago yang ukurannya
            sangat besar. Tampak kepala ayam itu  wajahnya segar. Kulit
            mukanya menutupi seluruh bagian mata, paruh, dan jambul
            sampai ke belakang telinganya. Matanya tajam seperti elang,

            paruhnya runcing bak kakak tua. Jambulnya tidak terlalu
            lebar, tetapi cepat bereaksi ke kiri dan ke kanan. Lehernya
            langsing bergerak dengan lincahnya. Yang lebih menarik
            adalah cakarnya kokoh mencengkeram, berdiri di tanah

            dengan kaki lurus. Sayapnya melebar dan mengipas-ngipas.
                 “Ayam yang kuidamkan,” katanya. “Aku benar-benar
            ingin memilikinya.”
                 Tanpa pikir panjang, Kabayan menghampiri pedagang

            ayam dan menanyakan harganya. Pedagang ayam memuji-
            muji ayam jagonya. Kabayan semakin ingin memilikinya. Ia



                                          20
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36