Page 32 - Si Kabayan
P. 32

adu tawar dengan pedagang sampai ada kesepakatan harga.
            Si Kabayan pulang ke rumah. Tangan kiri dan kanannya
            penuh dengan bawaan. Baru sampai halaman ia berteriak
            memanggil-manggil istrinya, “Iteung...Iteung...!”

                 Nyi Iteung terperanjat mendengar suara suaminya. Ia
            buru-buru ke luar menyongsong suaminya, “Kang...Kang
            Kabayan, sudah pulang? Bagaimana dengan dagangannya?
            Laris, Kang?” sambil bertanya, mata Iteung tak lepas dari

            ayam jago yang ada di tangan suaminya.
                 “Iteung, bukannya membantu, tanya terus. Ini bawa!”
            kata Kabayan sambil menyerahkan oleh-oleh. Ia tidak
            melepaskan ayam jago dari tangannya.

                 “Kang, kalau itu apa?” tangannya menunjuk pada ayam
            jago.
                 “Ayam, ayam jago, kamu tidak tahu ini ayam?”
                 “Eh...iya ayam, tetapi ayam siapa?”

                 “Punya Akang, masa ayam orang dibawa-bawa.”
                 “Dari mana, Kang?”
                 “Beli di jalan.”
                 “Beli? Uang hasil dagangan mana, Kang?”

                 “Banyak tanya,” katanya sambil memasukkan ayam ke
            dalam kurung yang sejak dulu kosong karena tidak mampu
            beli ayam.
                 Iteung menatap suaminya. Kepalanya penuh dengan

            pertanyaan.





                                          21
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37