Page 34 - Si Kabayan
P. 34

kepada  kepala  desa.  Si  Kabayan  tiba-tiba  menggigil.
            Berselimut sarung, ia masuk ke dalam kamarnya.
                 “Aduh, bagaimana ini? Aku telah membuat malu istri dan
            mertuaku.” Terbayang ayam jago di pelupuk matanya, “Ayam

            jagoku dijual? Ah, jual saja daripada wirang,” katanya dalam
            hati. “Tetapi, mendapatkan kembali ayam seperti itu susah,”
            Kabayan bimbang lagi. Ia berupaya keras mencari akal
            agar terbebas sementara dari Juragan Somad. Si Kabayan

            tertawa. Ia bangkit dari balai-balai sambil melemparkan
            sarung. Ia bergegas menemui istrinya.
                 “Iteung! Iteung!”
                 “Ya, Kang? Bagaimana?”

                 “Iteung! Aku akan ke kota mencari uang untuk bayar
            utang.”
                 “Benar, Kang? Iteung girang. Iya, Kang! Akang harus
            cepet-cepet bayar utang, malu, Kang.”

                  Kabayan pamit pada istrinya akan ke kota mencari uang.
            Kalau Juragan Somad datang, katakan saja untuk sementara
            ia akan membayar utang dengan ayam seberang.
                 Si  Kabayan  pergi  lalu  menghilang.  Rupanya  tidak

            pergi, ia bersembunyi di belakang. Tidak lupa ayam jago
            kesayangannya dibawa. Diam-diam ia menempeli tubuhnya
            dengan kapas dicampur bulu ayam mencontoh ayam jago
            miliknya. Setelah tubuhnya tertutup kapas dan bulu ayam,

            Si Kabayan benar-benar berubah seperti ayam meskipun





                                          23
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39