Page 40 - Si Kabayan
P. 40

Seketika Kabayan dan Ardasim tertawa terbahak-bahak.
                 “Begitu, Kang?”
                 Ardasim menepuk bahu Kabayan, “Sudahlah, turuti
            saja!”

                 Kabayan menganggukkan kepala mengiyakan saran
            temannya.
                 “Kang! Sudah gelap nih, lagi pula akan hujan, Kabayan
            pamit!” Tidak lama kemudian, Kabayan pulang. Benar saja

            air pun turun dari langit, hujan.
                 Menjelang Magrib, Kabayan sampai rumah. Belum juga
            salat, istrinya memanggil-manggil, “Kang Kabayan, Kang!”
                 Sambil mendekati Nyi Iteung, Kabayan berdoa moga-

            moga istrinya tidak minta yang aneh-aneh, “Apa, Iteung?”
                 “Saya ingin kelapa muda. Tolong carikan, ya. Pokoknya
            Akang kudu mencari,” kata Nyi Iteung memelas.
                 Kabayan melongo, menatap Iteung dengan tatapan

            kosong, ”Kelapa? Kelapa muda? Malam-malam begini? Mau
            menncari di mana? Bagaimana memanjatnya?”
                 Nyi Iteung terus menatap Kabayan dengan wajah tanpa
            dosa, “Iya, Kang! Iteung ingin minum kelapa muda.”

                 “Hari udah gelap, Iteung! Ke mana Akang mencarinya?
            Iteung ‘kan tahu Abah tidak menanam kelapa di kebunnya!”
                 “Ini... yang ingin,” kata Iteung sambil menunjuk ke arah
            perutnya.

                 Kabayan tidak dapat menolak kalau sudah ada ucapan
            “dia yang ingin.” Kabayan sekali lagi menatap wajah istrinya.



                                          29
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45