Page 41 - Si Kabayan
P. 41

Iteung tersenyum manis. Senyum itu meruntuhkan hatinya.
            Senyum itu yang mau tidak mau membuat Kabayan harus
            memenuhi keinginannya.
                 “Ya, apa boleh buat. Akang harus ke kebun gelap-gelap

            begini,” ujar Nyi Iteung.
                 “Kata Ambu, di kebon Wa Haji banyak kelapa muda,”
            tambah Nyi Iteung.
                 Malam  itu  juga  Kabayan  pergi  ke  rumah  Wa  Haji

            dengan memakai jaket dan sarung karena sehabis hujan
            udara menjadi lebih dingin. Tidak lupa golok disampirkan
            di pinggangnya. Kakinya melangkah lebar-lebar agar cepat
            sampai.  Kabayan  tidak  ingin  kemalaman  karena  takut

            mengganggu istirahat Wa Haji.
                 Kabayan sampai di depan rumah Wa Haji. Dengan
            langkah mantap Kabayan memasuki pekarangan rumah Wak
            Haji.  Ketok, ketok, ketok, Kabayan mengetuk pintu. Seorang

            perempuan setengah baya keluar.
                 “Kabayan?” sapa istri Wa Haji.
                 “Wa Istri.” Kabayan membalas sapaan itu.
                 “Ada apa, Kabayan, malam-malam begini?”

                 “Anu Wa, Wa Haji ada? Kabayan ingin bertemu?”
                 “Masih di masjid.”
                 “Iteung, Wa, sedang mengandung, sekarang ingin
            kelapa muda.”








                                          30
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46