Page 42 - Si Kabayan
P. 42

“Oh, Ya Allah... Iteung... Alhamdulillah, Kabayan.
            Ngidam kelapa muda?”
                 Kabayan mengangguk sambil tersenyum.
                 “Sok atuh ka kebon.”

                 Kabayan tersenyum gembira. Bergegas ia ke belakang
            rumah karena kebun kelapa Wa Haji berada di belakang
            rumahnya. Wa istri juga mengikuti Kabayan ke belakang.
                 “Sudah berapa bulan hamilnya?” Wa Istri bertanya.

                 “Jalan dua, Wa.”
                 “Hati-hati, Kabayan! Habis hujan begini takut licin.”
            Istri Wa Haji mengingatkan.
                 “Iya, Wa, Kabayan akan naik dengan hati-hati. Terima

            kasih,” kata Kabayan.
                 Sejenak Kabayan memandang pohon  kelapa  yang
            buahnya cukup banyak. Tanpa ragu ia memanjat batang
            kelapa, memilih-milih kelapa yang muda. Secepat kilat turun

            dan berbalik ke Wa Istri yang menunggunya. “Sudah, Wak,”
            katanya.
                 “Apa cukup segitu kelapa mudanya, Kabayan?” istri
            Wa Haji bertanya.

                 “Segini mah cukup, Wa. Nyi Iteung perlu airnya saja,”
            jawab Kabayan.
                 Tak lama kemudian Kabayan berpamitan. Ketika sampai
            rumah, istrinya masih duduk menunggu.








                                          31
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47