Page 43 - Si Kabayan
P. 43

Iteung tersenyum melihat Kabayan membawa kelapa.
            Ia menyapa Kabayan, “Kang, terima kasih.”
                 Kabayan membalas ucapan itu dengan pendek, “Ya,
            Iteung.”

                 Kabayan membelah kelapa lalu menuangkan airnya ke
            dalam gelas. Nyi Ieung meminumnya penuh rasa haus.
                 “Iteung!  Akang  istirahat,  ya,”  kata  Kabayan
            membaringkan tubuhnya di balai-balai. Tidak lama kemudian

            sudah terdengar dengkurnya. Kabayan sudah tertidur pulas
            di balai-balai. Nyi Iteung memandangnya sambil geleng-
            geleng kepala, “Baru saja ngobrol, eh sudah mendengkur.”
                  Esoknya, si Kabayan bangun tidur, kepalanya terasa

            mutar-mutar dan perut sedikit mual. Langkahnya agak
            gontai, “O...O..” muntah.
                 Nyi Iteung kaget melihat suaminya, “Aduh, jangan-
            jangan Kabayan masuk angin, malam-malam metik kelapa,”

            bisiknya.
                 “Iteung... Iteung!”
                 “Ya, Kang! Ada apa?”
                 Kabayan menyeletuk, “Di mana  rujakeun Iteung?

            Mangga muda yang kemarin dari pasar?”
                 Iteung menoleh cepat ke arah Kabayan, “Rujakeun?
            Mangga muda? Kemarin saja sudah habis, Kang. Sudah
            dimakan, Kang.”








                                          32
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48