Page 46 - Si Kabayan
P. 46

Abah dan Ambu Nyi Iteung seorang petani yang bekerja
            keras melawan musim yang silih berganti. Kemarau panjang
            yang membuat udara dingin di pagi hari dan panas di siang
            hari tiada dihiraukannya. Begitu pula apabila musim hujan,

            hujan yang datang tidak mengenal waktu, bukan halangan
            bagi mereka untuk terus bekerja di ladang.
                 Terbayang di pelupuk matanya, dengan celana petaninya
            yang kebesaran dan berwarna gelap, Abah biasanya bergegas

            menuju  ladang  sambil  memikul  alat-alat  pertaniannya
            atau kadang-kadang membawa ember yang berisi kotoran
            binatang untuk disebarkan dan dicampur dengan tanah di
            ladang.

                 Di belakang tampak Ambu tersaruk-saruk mengikuti
            langkah Abah. Seperti perempuan petani lain di desa itu,
            Ambu memiliki perawakan sedang, tetapi kuat terpancang
            pada kedua kaki yang menggembung seperti batang bambu

            hijau. Mukanya tidak bulat ataupun lebar, tetapi berbentuk
            oval dengan tulang pipi berisi, memancarkan keibuan yang
            menyejukkan.
                 “Ah, Ambu, mungkin bekerja lebih keras daripada Abah.

            Malam-malam pada waktu seisi rumah tidur, kadang-kadang
            aku terbangun oleh dengkur Kabayan, lalu melihat Ambu
            menambal baju yang biasa dipakai ke ladang hanya dengan
            lampu berkerudung kertas, atau Ambu sedang menyiapkan

            makanan untuk bekal yang dibawanya ke ladang,” gumam
            Nyi Iteung.



                                          35
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51