Page 50 - Si Kabayan
P. 50

sejak tadi dipegang, dimasukkan ke sela-sela bilik terus
            didekatkan ke atas perut Kabayan. Dengan sekuat tenaga,
            jeujeur yang tajam itu ditekankan pada perut Kabayan.
                 Si Kabayan terperanjat dan berteriak, “Hadang di Lebak!

            Awas, jangan lolos!”
                 “Apa, hadang di Lebak teh, hah? Bangun!” Nyi Iteung
            membentak.
                 Dengan malas, si Kabayan bangun, menatap istrinya

            yang sedang berdiri sambil membawa jeujeur pancing.
                 “Hah,  menganggu  saja!  Aku  sedang  bermimpi
            menangkap kancra. Sudah lepas gara-gara kamu, Nyai!
            Berisik!”

                 “Jangan  ngelantur,  heh!”  istrinya  tidak  kalah
            sengitnya.“Mendingan mencari tutut untuk makan, hayoh!
            Nasi sudah matang. Apa mau makan cuma dengan garam?”
                 “Mencari tutut ke mana, Nyai? Segini sudah siangnya?”

            tanya Si Kabayan.
                 “Mencari ke mana? Tutut biasanya ada di mana? Tidak
            ada keinginan amat! Ya, ke sawah! Nanti disayur, ‘kan
            bumbunya sudah ada! Aku sudah lapar, sudah bangun dari

            subuh.”
                 Si Kabayan bangun dengan lamban dan malas-malasan,
            sambil tangannya menggaruk-garuk rambutnya yang tidak
            gatal, lalu keluar meninggalkan rumahnya sambil mengomel.

                 “Ah, sedang enak-enak mimpi, diganggu!”
                 “Enggak ke pancuran dulu?” tanya istrinya.



                                          39
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55