Page 51 - Si Kabayan
P. 51

“Enggak,” jawab si Kabayan. “Nanti saja mandi di
            sawah, biar airnya hangat.”
                 Nyi  Iteung  geleng-geleng  kepala  sambil  menatap
            kepergian suaminya.

                 Ia menunggu suaminya sambil menahan perut yang
            sejak tadi keroncongan. Ia lalu ke dapur, menyiapkan bumbu
            untuk sayur tutut.  Bumbu sudah jadi, tetapi suaminya belum
            juga datang.

                 “Na, ke mana si Borokokok teh? Sekadar mencari tutut,
            kok lama sekali?” Nyi Iteung mengomel seorang diri.
                 Sambil menunggu Kabayan disertai menahan lapar,
            Iteung minum teh untuk mengganjal perutnya. Habis segelas

            Kabayan belum kelihatan juga. Dua gelas. Tiga gelas hingga
            akhirnya sudah habis kesabarannya.
                 Karena si Kabayan tidak ada tanda-tanda bakal pulang,
            Nyi Iteung menyusul ke sawah. Kakinya berjalan cepat-

            cepat hingga tak lama kemudian sampailah di pinggir sawah.
            Dari jauh tampak suaminya sedang berjongkok saja di atas
            pematang sawah sambil memegang bambu yang panjang.
                 “Kang Kabayan, sedang apa?”

                 “Lah, ‘kan sedang mencari tutut. Kan Nyai mau nyayur
            tutut?”
                 “Masa dikorek-korek dari atas galengan? Turun ke sana,
            gitu!”








                                          40
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56