Page 59 - Si Kabayan
P. 59

“Bah,  nangka hanya segini?”  kata  Ambu sambil
            memeriksa karung nangka.
                 “Belum kepetik semua. Bagaimana Kabayan? Tadi
            mengeluh sakit perut!”

                 “Hah? Sakit? Ambu mah tidak tahu. Bukannya tadi
            dengan Abah?”
                 “Iya tadi pagi, tetapi siang pulang. Katanya mulas.”
                 “Oh, begitu?”

                 “Abah, Ambu! Ini Kabayan,” sambil tertatih-tatih
            menghampiri mertuanya.
                 Abah sorot matanya tajam memeriksa Kabayan seperti
            terdakwa. Abah marah dan ingin membalas kelakuan

            menantunya. Akhirnya dia tahu kelakuan menantunya.
            Kabayan sudah berbohong, Abah dikerjainya juga. Menantu
            seperti ini harus diberi pelajaran supaya kapok. Berani-
            beraninya dia terhadap mertua. Besok Abah berencana akan

            menasihati Kabayan.
                 “Besok tuntaskan panen nangkanya, Kabayan!
            Bekerjalah dengan benar, jangan seperti itu kepada orang
            tua. Pamali. Dosa!” kata Ambu.

                 “Ya, Ambu!”
                 Esok harinya, Kabayan dan Abah pergi lagi ke kebun.
            Datang-datang Kabayan memeriksa nangka. Dia sangat
            getol. Abah sebentar-sebentar melirik Kabayan dengan ujung

            matanya. Si Kabayan asyik memetik nangka. Tampaknya ia
            ingat pesan Ambu. Hari ini ia benar-benar bekerja. Ketika



                                          48
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64