Page 60 - Si Kabayan
P. 60

melihat Kabayan asyik metik nangka, Abah diam-diam
            menyelinap ke balik pohon, lalu terus menghilang. Si Kabayan
            terus saja memetik nangka sampai karung itu penuh. Setelah
            penuh ujung-ujung karung disimpul terus diikat.

                 Ketika akan pulang, si Kabayan mencari-cari mertuanya,
            “Ke mana ya Abah? Tidak salah pasti Abah pulang. Rupanya
            masih kesal sisa kemarin. Biar ah, aku juga mau pulang.
            Aku seret sajalah karungnya. Terasa berat kalau dipikul,“

            katanya seraya menurunkan karung dengan keras.
                 “Durugdug” Karung digusur.
                 “Kabayan! Kabayan!” kata suara dalam karung. “Ini
            Abah, mertuamu. Karung jangan diseret!”

                 Si Kabayan berhenti sejenak, “Ah, jelas ini nangka,
            nangka!” sambil dipukul-pukulnya karung itu. Lalu, karung
            diseretnya lagi.
                 “Kabayan! Lihat ini mertuamu, bukan nangka!”

                 “Nangka! Nangka,” ujar Kabayan sambil terus-menyeret
            karung.
                 “Bruk!” Begitu sampai rumah, karung itu dibanting pada
            tempatnya. “Ek!” Ada bunyi suara orang yang tertimpa.

                 “Ambu! Ambu! Ini nangka sekarung!” kata Kabayan
            sambil pergi ke air hendak bersih-bersih.
                 Ambu ke belakang menghampiri karung. Pelan-pelan
            membuka ikatannya. Begitu isinya dikeluarkan, “gurubug”

            Abah jatuh sambil mengaduh-aduh. Di sekujur tubuhnya
            banyak goresan dan penuh luka bekas diseret tadi. Ambu



                                          49
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65