Page 19 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 19
Perjalanan pun dimulai. Dalam perjalanan itu tidak seorang pun
membuka mulutnya untuk bercerita.Semua orang diam, seolah-
olah kelu lidahnya. Hanya dalam hati mereka terus mengucur
doa semoga anak dan menantu penghulu kampung dapat kembali
dengan selamat.
Perjalanan mereka telah sampai di pondok pengungsian di tepi
hutan. Permaisuri dan penghulu kampung memeluk dan menciumi
kedua anaknya. Ketika itu permaisuri tidak dapat menahan isak
dan tangisnya sehingga anak dan menantunya pun ikut menangis.
Pada waktu itu suasana sungguh mengharukan.
“Anakku, curahan jiwa ayahanda. Anakku tidak usah bersedih,
tidak usah berkecil hati. Terimalah takdir Tuhan dan ambillah
hikmahnya!” kata penghulu kampung sambil menitikkan air mata.
“Baiklah Ayah, Ibu, Bapak-Ibu Mertua, dan semua Sanak
Saudara! Kami tidak akan bersedih, tidak akan pilu meskipun untuk
sementara kami harus berpisah, harus tinggal di tempat yang sepi
ini. O, Tuhan, lindungilah kami!” kata anak penghulu kampung
sambil menengadahkan tangan.
13