Page 20 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 20

Setelah  itu,  ayam,  kambing, dan  kerbau  yang  dibawa


               dimasukkan ke dalam kandang masing-masing. Mereka satu per


               satu bersalaman dengan anak dan menantu penghulu kampung.

               Mereka lalu pulang meninggalkannya.


                     Sejak  itu  anak  dan  menantu  penghulu  kampung  tinggal  di


               pengungsian. Suasana ramai berganti dengan sepi.


                     Waktu terus berlalu. Rasa sepi telah akrab dengan anak dan


               menantu  penghulu  kampung.  Setiap  hari  mereka  sibuk  dengan


               berladang dan beternak sehingga mereka tidak merasakan telah


               sebelas bulan tinggal di pengungsian. Mereka tidak pernah lepas

               dari doa untuk mendapatkan keturunan.



                     Doa  mereka  pun  terkabul.  Istri  anak  penghulu  itu  pun

               mengandung. Ketika kehamilan itu sudah berusia sembilan bulan


               lebih,  ia  pun  melahirkan  seorang  anak  laki-laki  yang  wajahnya


               mirip kodok.


                     “Kakanda,  ini  bayi  yang  kita  idam-idamkan,”  kata   istri,

               menantu penghulu kampung.



                     “O, ya. Laki-laki atau perempuan bayi kita itu, Adinda?” tanya

               anak penghulu kampung.


                     “Laki-laki,  pengganti  ayahnya,”  jawab  istrinya  sembari


               tersenyum.






                                                          14
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25