Page 21 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 21

“Wah,  hebat  benar  bayi  kita.  Kita  harus  bersyukur  kepada


               Tuhanyang  mengabulkan  cita-cita  kita,”  kata  anak  penghulu


               kampung.


                     Istrinya lalu menjawab sambil tersenyum ramah, “Kakanda,


               masih ingatkan doa dan janji yang kita ucapkan? Seperti apa pun,

               hebat  atau  tidak,  bayi  yang  Adinda  lahirkan  adalah  keturunan


               Kakanda.”


                     “Doa  dan  janji  yang  telah  Kakanda  ucapkantak  mungkin


               Kakanda mungkiri,” jawab anak penghulu kampung.


                     “Baik, kalau begitu, Kakanda! Pangkulah anak kita ini!” kata


               istrinya sambil menyerahkan anaknya ke pangkuan anak penghulu


               kampung.


                     Anak  penghulu  kampung  memangku  anaknya.  Ia  menatapi


               wajah anaknya yang seperti kodok. Ia menciumi anaknya dengan

               penuh rasa kasih sayang.


                     “Hai,  Adinda!  Hari  ini  adalah  hari  yang  tiada  duanya.  Kita


               benar-benar sangat bahagia. Karena itu, mari kita memasak bubur


               merah putih untuk upacara selamatan pemberian nama anak kita.


               Kita beri nama anak kita si Kodok. Bagaimana?”









                                                          15
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26