Page 28 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 28

Permaisuri hanya mengangguk-anggukan kepalanya.  Ia belum

               bisa berkata karena sangat haru. Ia hanya menitikkan air matanya


               sambil terisak-isak.


                     “Ayah dan Ibuku, kami adalah anakmu dan si Kodok adalah


               cucu yang telah lama Ayah-Ibu dambakan. Anakmu selama tujuh


               belas  tahun  berada  dalam  pengungsian  melaksanakan  suratan

               takdir dari Tuhan. Ayah dan Ibu, kami adalah anak dan cucumu,”


               jawab anak penghulu kampung sambil menangis.


                     Untuk mengabarkan kedatangan anak dan cucunya, penghulu


               kampung mengadakan kenduri selamatan.  Ia mengundang semua


               saudara  dan  orang-orang  kampung.  Tamu-tamu,  tua-muda,


               besar-kecil,  laki-perempuan,  berkumpul  dan  bersuka  ria  selama

               tujuh hari tujuh malam.


                     Kenduri telah selesai. Sanak saudara penghulu kampung dan


               orang-orang kampung pulang ke rumah masing-masing. Mereka


               kembali bekerja sesuai dengan pekerjaan masing-masing.


                     Hari berganti hari, mulailah santer orang mempergunjingkan


               si Kodok. Mereka  mempergunjingkan  si Kodok  karena  wajah  si

               Kodok mirip dengan wajah kodok.


                     “Saya lebih baik tidak mempunyai anak daripada mempunyai


               anak berwajah persis kodok,” gunjing seseorang.






                                                          22
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33