Page 38 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 38

Mendengar jawaban anaknya yang demikian itu, uak si Kodok

               hampir  berdiri  memarahinya.  Namun,  ia  berusaha  menahan


               amarahnya.


                     Demikian pula jawaban anak uak si Kodok yang nomor tiga,


               empat,  dan  lima.  Mereka  menjawab  dengan  kata-kata  yang


               menyayat   hati  si Kodok.   Satu  harapan  uak  si Kodok  adalah

               anaknya yang bungsu.


                     “Hai, putri bungsuku! Jika kamu menolak, tidak mau diperistri


               oleh saudaramu, pastilah sakit hati bibimu. Kasihanilah bibimu!”


               kata uwak si Kodok dengan pelan.


                     Si Bungsu mencoba menjawab dengan kata-kata yang baik dan


               bijaksana. Ia dengan pelan menjawab pertanyaan ibunya. ”Ibu,


               menurut adat, perkawinan dimulai dari anak yang tertua. Namun,

               kelima kakakku tidak seorang pun yang bersedia menikah dengan


               anak  Bibi,  sedangkan  aku  tidak  menolak  dan  tidak  menerima


               permintaan  ibu.  Sementara  ini  berilah  aku  kesempatan  berpikir

               dan mengenali anak Bibi ini!”



                     Mendengar jawaban si Bungsu yang sangat bijaksana itu, uak

               si Kodok sangat senang. Kemudian, untuk memenuhi permintaan


               si  Bungsu,  uak  si  Kodok  menyuruh  si  Kodok  tetap  tinggal  di


               rumahnya selama seumur padi.






                                                          32
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43