Page 54 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 54

Istri si Kata Malem menganggukkan kepala. Istri Kata Malem


               sangat berterima kasih mendapat pertolongan dari nenek tua itu.


                     “Wajarlah,  Nak! Manusia  harus saling  tolong-menolong.


               Di samping itu, ibu hanya seorang diri tinggal di pondok ini. Ibu


               seorang janda yang telah tua,” kata ibu pemilik pondok.


                     Sejak itu, istri si Kata Malem dan anaknya tinggal bersama

               ibu pemilik pondok, seorang janda tua. Untuk makan sehari-hari,


               mereka hanya mengandalkan tanaman yang tumbuh di sekeliling


               pondok.  Mereka  tidak  pernah  kelaparan.  Mereka  selalu  hidup


               rukun, tidak pernah berselisih sedikit pun.


                     Si Bakal  telah dewasa,  ia  mengembara  ke kampung  lain.


               Ia  mendatangi  arena  tempat  bermain  catur  di kampung  itu.

               Kebetulan di arena itu datang pula si Kata Malem. Si Bakal  bermain


               catur melawan si Kata Malem.


                     Dalam  permainan  catur  itu, si Bakal dapat  mengalahkan  si


               Kata Malem. Semua harta kekayaan si Kata Malem, ia serahkan


               kepada si Bakal.


                     “Hai, pemuda! Janganlah  kamu  berbusung  dada  lebih


               dulu.  Jika kamu  jagoan,  beranikah  kamu  bermain  catur  dengan

               mempertaruhkan dirimu?” kata si Kata Malem dengan emosi.










                                                          48
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59