Page 57 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 57

Ibu si Bakal bingung, begitu pula si Kata Malem. Mereka saling


               berpandangan.  Mulut  mereka  bergetaran  saling  ingin  menegur.


               Tanpa disadari ibu si Bakal lebih dahulu menegur lelaki tua itu.


                     “Hai, bukankah Kakanda  itu  kekasihku?”  tanya  ibu  si Bakal


               dengan ragu.


                     “Aku, kekasihmu?”  tanya  si Kata  Malem, “siapakah  kamu


               sebenarnya?”


                     “Maaf,  barangkali  penglihatanku  salah.  Tapi,  rasanya  tidak

               salah.  Bukankah  Kakanda  itu  berasal  dari  Kampung  Gugung?”


               kata ibu si Bakal.


                     Si Kata Malem diam. Ia hanya mengangguk-angguk. Kemudian,


               ia mencoba bercerita.


                     “Aku  berasal  dari  Kampung  Gugung.  Istriku  berasal  dari


               Kampung Tanah Timur.  Ia anak penguasa Kampung Tanah Timur.”


                     Ibu si Bakal mendengar cerita itu, ia langsung menangis. Ia


               merangkul lelaki tua itu seraya berkata, “Kanda, maafkan aku!”


                     Mereka saling menangis. Kemudian si Bakal mengajak mereka


               masuk ke pondok. Setelah tangisnya mereda, ibu si Bakal berusaha

               menjelaskan masalah itu kepada si Bakal.









                                                          51
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62