Page 60 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 60

“Pulang?” tanya ibu pemilik pondok dengan terkejut, “tegakah

               anak meninggalkan ibu seorang diri di pondok ini?”


                     “Kami sesungguhnya tidak tega meninggalkan ibu seorang diri


               di pondok ini. Namun, kami lebih tidak tega meninggalkan ayah


               dan ibu kami di kampung. Mereka sangat merindukan kedatangan


               kami karena telah belasan tahun kami berpisah dengan mereka,”

               kata ibu si Bakal sambil menitikkan air mata.


                     Si Kata Malem bersama istri dan anaknya dengan berat hati


               melangkahkan  kaki  mereka  dari  pondok  itu.  Persahabatan  ibu


               si Bakal dengan ibu pemilik pondok yang telah lama mereka jalin,


               tiba-tiba harus berpisah. Mereka sungguh sedih.  Namun, begitulah


               manusia ada pertemuan dan ada perpisahan.


                     Si Kata Malem bersama anak dan istrinya pulang ke Kampung

               Tanah Timur.  etiba di rumah, ayah dan ibu mereka sangat terkejut.


               Begitu  pula  si  Kata  Malem  dan  istrinya  tidak  bisa  berkata  apa


               pun. Mereka terharu. Sesudah itu, tiba-tiba istri si Bakal menjerit

               keras  sehingga  orang-orang  kampung mendengar  suara  jeritan


               itu. Kemudian mereka meratap dan menangis berlama-lama.


                     Setelah ratap dan tangis mereka reda, ibu istri si Kata Malem


               mulai  bertanya.  Ia  ingin  tahu  kisah  terjadinya  peristiwa  ini


               sehingga mereka dapat bertemu kembali.






                                                          54
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65