Page 61 - Si Kodok Kata Malem, Baik Budi Penawan Hati
P. 61

“Wahai, Anakku si Bungsu! Ceritakanlah dengan sebenarnya,


               bagaimana  asal  mula  kalian  bertemu  lagi.  Ayah  ibumu  telah


               melaksanakan upacara adat yang mengesahkan kamu, anakku yang


               bungsu,  telah  meninggal.  Berbulan-bulan  ayah  ibumu  mencari-

               carimu kesana kemari. Kini kita bisa berjumpa lagi,” kata ibu istri


               si Kata Malem.


                     Ibu si Bakal sementara itu tetap membungkam.  Ia tidak mau


               bercerita karena ia tidak ingin memperuncing masalah yang silam.


               Namun, ayah dan ibunya terus mendesak sehingga dengan berat

               hati, ia membeberkan masalah yang telah silam.



                     “Ayah dan ibu! Setelah ayah dan ibu mengetahui masalahnya,

               aku  berharap  agar  ayah  dan  ibu  tidak membenci  kepada  siapa


               pun,” kata ibu si Bakal.


                     “Ya  …,  ya  …,  sekarang  ceritakanlah  dengan  sebenarnya


               sehingga ayah dan ibumu tahu siapa yang salah!” desak ibu istri si


               Kata Malem.


                     Ibu si Bakal lalu bercerita, “Beberapa bulan yang silam, kelima


               kakak mengajakku  pergi  mencari  kayu  bakar  ke hutan.  Ketika

               itu, aku tidak menaruh curiga sedikit pun kepada mereka karena


               biasanya  mereka  selalu  baik  kepadaku.  Entah  kenapa  tiba-tiba


               mereka mendorongku ke jurang yang dalam.”





                                                          55
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66