Page 10 - Siluman Ular
P. 10

yang dicintainya itu diraba. Badan orang tua itu panas sekali. La

            Upe semakin khawatir.

                    “Ayah harus berobat, biar cepat sembuh,” bujuk La Upe.

                    “Tidak  perlu, sebentar lagi  juga sembuh.  Ayah hanya
            masuk angin.”


                    “ Ayah tidak biasanya seperti ini.”

                    “Sudahlah,  jangan terlalu  mengkhawatirkan Ayah. Ayah
            akan baik-baik saja. Sekarang kamu ganti pakaian dulu!”

                    La Upe masuk ke kamar, ia merebahkan badannya di
            tempat tidur. Pikirannya tertuju kepada ayahnya yang terbaring.
            La Upe takut akan ditinggal ayahnya. Ia tidak ingin kehilangan
            orang tua untuk yang kedua kalinya. Ia belum siap hidup sendiri.
            La Upe cepat-cepat menghampiri ayahnya.


                    “Hari ini Ayah istirahat saja, biar saya yang menggantikan
            tugas Ayah,”  kata  La Upe.  Ayah  tidak  menyahut,  ia  hanya
            menganggukkan kepala.

                    Dengan perlahan-lahan, La Upe pergi ke dapur. Ia sudah
            lapar hendak makan. Akan tetapi, ia tidak menemukan sedikit pun
            makanan. Rupanya ayahnya tadi belum masak. Tanpa diperintah
            lagi, La Upe mengambil beras dan memasaknya menjadi bubur. La
            Upe tidak canggung lagi mengerjakan semua itu karena ia sering

            membantu ayahnya. Setelah masakan matang, La Upe  membawa
            bubur itu ke tempat ayah berbaring.

                    “Ayah makan dulu. Pasti dari pagi Ayah belum makan.” La



                                          4
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15