Page 11 - Siluman Ular
P. 11
Upe menyendok bubur menyuapi ayahnya.
“Biar Ayah makan sendiri. Ayah masih kuat.” Ayahnya
berusaha bangun dari tempat tidurnya, tetapi kepalanya masih
terasa pusing.
Setelah menyuapi ayahnya, La Upe membereskan pekerjaan
rumah tangga yang masih terbengkalai. La Upe baru merasakan
bahwa pekerjaan rumah yang selama ini kelihatan ringan ternyata
cukup menyita waktu juga untuk membereskannya. La Upe
berjanji akan selalu membantu ayahnya.
Keesokan hari, pagi-pagi sekali La Upe sudah bangun. Pagi
hari itu ia tidak masuk sekolah. Ia harus menggantikan ayahnya
berjualan. Ia menyediakan bubur dan air panas untuk ayahnya,
lalu pamit dan berangkat. “Ayah makan dulu. Dari pagi Ayah belum
makan.” La Upe menyendok bubur, lalu menyuapi ayahnya.
Ayah La Upe memandangi anaknya yang mulai beranjak
dewasa. Ia teringat almarhumah istrinya yang juga sangat
perhatian kepadanya. Sebenarnya, ayah La Upe tidak ingin
membebani anaknya dengan tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya. Akan tetapi, ia tidak berdaya saat itu. Tidak terasa
butiran air mata mengaliri sudut matanya. Ia memeluk anaknya
dan mengatakan sesuatu kepada anaknya.
“Maafkan Ayah, Nak! Ayah membuat kamu harus bekerja.”
“Sudah kewajiban saya sebagai anak, Ayah,” ujar La Upe
seraya berpamitan untuk pergi ke pasar.
5