Page 15 - Siluman Ular
P. 15

“Anakku, pergunakanlah uang ini dengan sebaik-baiknya.”


                    Orang tua itu menghela napas dalam-dalam. Pandangan
            matanya tertuju pada anaknya dan sepertinya ada yang ingin
            dibicarakan.

                    “Nak,  rasanya  usia Ayah tidak  akan  lama  lagi.  Ayah
            berpesan agar kaubersabar dalam menjalani kehidupan ini,” kata
            ayahnya  dengan  suara  sangat  lemah.  Setelah  mengatur  napas,
            ayah La Upe melanjutkan perkataannya.


                    “Tinggalkan  kampung  ini dan  merantaulah!  Insyaallah,
            Tuhan  akan  memberkati  hidupmu.  Ingat  nasihat  Ayah! Jaga
            perilakumu  dan jangan segan-segan menolong sesama yang
            memerlukan pertolongan.”

                    Sesudah  menyampaikan pesan, badan  orang tua  itu
            terkulai lemas. La Upe mencoba membangunkannya, tetapi orang
            tua itu tidak bereaksi sedikit pun.


                    “Ayaaah…, Ayaaah…, bangun! Jangan tinggalkan La Upe,”
            jerit La Upe sambil menangis. Cukup lama La Upe menangis. Ia
            baru  sadar ketika  dilihatnya  ayahnya  tidak  bangun-bangun.
            Untuk memastikan ayahnya masih hidup atau meninggal, La Upe
            mendatangi tetangganya terdekatnya yang bernama Ambo Enre.

                    “Pak, tolong lihat apa yang terjadi dengan Ayah saya. Sudah
            lama ia pingsan tidak  juga siuman!”


                     “Di mana ayahmu sekarang?” tanya Ambo Enre keheranan.

                    “Di rumah.”



                                          9
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20