Page 9 - Siluman Ular
P. 9

Tahun demi tahun terus berganti, La Upe tumbuh menjadi

            pemuda tampan dan baik  hati. Segala  pekerjaan dikerjakan
            dengan  senang hati,  tanpa  harus menunggu  perintah. Orang-
            orang sekampung sangat  sayang  kepadanya. Anak  muda itu
            suka menolong dan selalu sopan santun terhadap siapa pun. Ia
            pandai menghargai dan menghormati orang-orang yang lebih tua
            daripada dirinya.

                    Di sekolah pun ia sangat disayangi oleh guru-guru karena
            ia murid yang pandai dan sangat baik sifatnya. Meskipun sedang
            banyak  pekerjaan,  ia tidak pernah melalaikan  pelajaran.  Ayah
            sangat  senang dan puas terhadap anak  tunggalnya itu.  Mereka
            hidup bahagia  saling  mencintai  meskipun kehidupan mereka
            sangat sederhana.


                    Pada  suatu  hari ketika  pulang  sekolah,  La Upe  tidak
            melihat  ayahnya berada di  depan rumah seperti  biasanya.  Ia
            bertanya-tanya dalam hati. “Apakah gerangan yang telah terjadi?
            Sakitkah beliau?” Dengan hati yang berdebar-debar, La Upe masuk
            ke dalam rumah.

                    La Upe memberi salam, tetapi  tidak  ada  jawaban.  Ia
            mengulanginya lagi. Kali ini terdengar suara jawaban sangat lemah
            dari dalam rumah. La Upe yakin suara itu adalah suara ayahnya. Ia
            cepat-cepat mencari keberadaan ayahnya. La Upe sangat terkejut
            melihat ayahnya terbaring di atas balai-balai.


                    “Apa  yang  terjadi pada  Ayah?”  tanya  La  Upe dengan
            perasaan cemas. Kemudian, dengan sangat hati-hati badan ayah






                                          3
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14