Page 9 - Cerita Siriway Warry
P. 9
“Keberadaan Siriway merupakan anugerah dari
Tuhan bagiku. Dialah alasannya aku masih bertahan
di Kampung Wauna ini. Tidak ada kesepian yang
kurasakan, hanya semangat untuk menjalani hidup
ini,” gumam A Mau Meng perlahan. Kampung Wauna
memang sepi, tidak ada orang lain yang mau tinggal
di kampung itu. Hanya deburan ombak yang memecah
Pantai Songro Kroye sesekali mengesankan kebisingan
di Kampung Wauna.
Hari masih pagi. Sinar mentari belum sempat keluar
dari peraduannya. Embun malam masih bertengger
di dedaunan. Seperti biasa A Mau Meng dan cucunya
Siriway sejak subuh sudah sibuk dengan aktivitas pagi.
Nenek renta itu sedang memasak makanan untuk ia
dan cucu kesayangannya. Siriway sudah hampir selesai
mengasapi ikan-ikan yang ditangkapnya kemarin.
Dengan cekatan ia memindahkan ikan-ikan dari atas
perapian, ke dalam keranjang penampung yang sudah
disediakan.
“Saya harus cepat mengasapi ikan-ikan ini supaya
bisa membantu Nenek menyelesaikan pekerjaan yang
lain,” gumamnya. Satu per satu diangkatnya ikan-ikan
itu hingga semuanya tertampung dalam keranjang.
2