Page 22 - Sulbar-Tuing-Tuing dan Pancing Emas
P. 22

yang semula terang berubah menjadi agak gelap. Hujan

            rintik-rintik turun. Tidak lama kemudian, hujan menjadi

            sangat lebat. Sebagian air masuk melalui jendela yang belum

            sempat ditutup oleh para dayang istana. Kemudian, para

            dayang bergegas dan berlarian menutup jendela yang berada

            di kanan kiri balai pertemuan itu. Para hulubalang membantu

            para dayang mengelap perabotan yang basah terkena air

            hujan.

                 “Lanjutkan laporanmu, Nak. Jangan ragu-ragu.

            Hukuman adat tetap harus dijatuhkan kepada siapa saja

            yang telah menghilangkan pusaka andalan itu,” kata Raja

            Arung Paria penuh harap. Ia berdiri dan mendekati anak

            lelakinya.

                 “Katakan kepada Ayahanda agar peraturan bisa

            dilaksanakan dengan baik,” kata Raja Arung Paria dengan

            nada suara yang agak rendah. Semua penggawa  dan

            hulubalang tetap diam dan menanti jawaban Putra Raja.

                 “Ayahanda, maafkanlah hamba. Hambalah yang telah

            menghilangkan Pancing Emas itu,” kata Putra Raja.





                                          11
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27