Page 53 - Sulbar-Tuing-Tuing dan Pancing Emas
P. 53

Jantung Putra Raja makin berdegup kencang karena

            adiknya masih tidak menjawab. Ia makin terengah-engah

            dan tetap berusaha mendekati gubuk yang kurang beberapa

            langkah lagi. Akhirnya, Putra Raja sampai juga di depan

            gubuk yang dihuni oleh adiknya.

                 Hatinya menjadi lega karena melihat adiknya yang

            sedang terlelap tidur. Putra Raja tidak segera membangunkan

            adiknya, tetapi ia duduk di pinggir balai kayu dekat kaki

            adiknya. Pandangannya mengawasi seluruh isi isi gubuk itu.

            Semua barang-barang masih sama dengan saat ia tinggalkan.

            Ia hampir meneteskan air mata, tetapi ditahannya.

                 “Bangun! Bangunlah, Adik! Saya sudah  membawa

            Pancing Emas, pusaka andalan Kerajaan arung Paria yang

            hilang,” kata Putra Raja sambil memegang kaki adiknya dan

            tangan kanannya memegang Pancing Emas. Pancing Emas

            benar-benar bersinar ketika diterpa sinar matahari yang

            masuk melalui sela-sela kayu di gubuk itu.

                   Putri Raja itu pun mulai membuka mata dan langsung

            memeluk kakaknya.





                                          42
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58