Page 14 - Sumbar-Sapan Didiah-smp
P. 14

Terik mentari yang menyiksa, hujan yang tidak turun-
            turun.

                “Huff….” Ia menghela napas dalam.

                “Aku harus tabah menghadapi semua ini. Tuhan tidak

            akan memberikan ujian yang tidak bisa dipikul umatnya,”
            batinnya. Ia meneteskan air matanya mengingat semua

            itu,  apakah  ia  akan  sanggup  bertahan  sampai  musim

            kemarau  berakhir.  Hatinya  menjadi  bertambah  iba.

            Jika suaminya masih ada tentu suaminyalah yang akan
            menyediakan semuanya. Paling tidak  untuk mengambil

            air minum di sungai. Akan tetapi, sekarang ia yang mesti

            bertanggung jawab, melakukan semuanya itu.

                Sejak pergi merantau enam tahun silam, suaminya
            tidak  pernah  pulang.  Ada yang  mengabarkan  ia  mati

            dirampok  di  jalan,  ada  yang  mengatakan  ia  belum

            beruntung di rantau orang dan sedang mengumpulkan

            banyak uang sebelum pulang. Ada yang mengatakan ia
            tenggelam  di  laut.  Entah  mana  kabar  itu  yang  benar.

            Butuh  waktu  yang  lama  baginya  untuk  menerima

            kenyataan itu. Kini ia tidak peduli semua itu. Ia harus

            berjuang seorang diri membesarkan anaknya.





                                         4
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19