Page 17 - Sumbar-Sapan Didiah-smp
P. 17
Akan tetapi, suaminya bersikeras tidak mengizinkan
si Upik melakukan semua itu.
“Belum saatnya. Biarkan dia menikmati masa-masa
kecil yang indah dulu. Nanti kalau sudah besar, dia juga
akan pandai sendiri menanak nasi, membuat sambal,
dan mencuci piring,” katanya.
Ia hanya diam. Suaminya memang keras kepala
tabiatnya. Ia tidak suka dibantah atau dilawan. Apalagi,
ia memang bisa memenuhi semua keinginan si Upik. Di
kampung itu ia dikenal sebagai seorang tauke ternak. Ia
memperdagangkan sapi atau kerbau.
Namun, suatu waktu, ia mendengar teriakan
suaminya dari belakang rumah. Ia segera berlari
melihat apa yang terjadi. Alangkah terkejutnya ketika ia
melihat puluhan ekor sapi di kandang sudah mati. Selain
sapi, kerbau, dan kambing juga mati dengan mulut yang
mengeluarkan lendir aneh.
Orang-orang tahu, sapi-sapi itu mati karena penyakit
sapi gila. Penyakit yang tidak diketahui penyebabnya
dan tidak ada obatnya. Ia bangkrut sesaat. Sejak itu ia
suka melamun.
7