Page 25 - Sumbar-Sapan Didiah-smp
P. 25
“Nak, bagaimana nasib kita ini? Dengan apa kita
makan lagi?” ujar ibu itu kepada anak gadis semata
wayangnya itu. Anak gadis yang disapanya tidak
segera menjawab. Ia terus saja menyisir rambutnya
dan merapikan bedak di pipinya sambil berdendang-
dendang dengan riang gembira.
“Aduh, anak ini. Sudah seperti ini keadaan hidup,
masih sempat berdendang dengan riang gembira,”
desahnya.
Si Ibu sudah dihinggapi perasaan gundah gulana
dan bingung. Bagaimana tidak, kelaparan sudah
mengancam kehidupan mereka. Musim kemarau yang
panjang menyebabkan sawah mereka gagal panen
kali ini. Padahal, dalam hitungan satu atau dua bulan
lagi, padi itu sudah bisa dipanen. “Andai lebih cepat
menanam padi, tentu keadaan tidak seperti ini. Namun,
ini sudah takdir Yang Kuasa,” katanya.
Sampailah pada suatu hari, padi yang ada di lumbung
sudah betul-betul habis.
“Nak, bagaimana nasib kita ini? Dengan apa kita
makan lagi?” ujar ibu itu kepada anak gadis semata
15