Page 75 - Sumbar-Sapan Didiah-smp
P. 75
Ia masih merasa sakit hati karena dipermalukan
di depan pemuda-pemuda tadi. Ia masih tidak bisa
menerima, bagaimana mungkin ibunya menyuruh
membawa ayam, padahal di sana orang ramai dan dilihat
oleh pemuda-pemuda yang tampan. Betapa malunya ia.
“Upik, berhentilah sebentar. Cuci mukamu,” ujarnya.
Si Upik hanya terdiam.
“Upik…”
Anaknya itu tetap tidak menjawab.
“Ibu akan masuk ke telaga ini.”
Si ibu pun kemudian masuk ke pinggir telaga itu.
Mencuci mukanya dan minum air telaga yang jernih itu.
Kembali ia percikkan air telaga itu ke mukanya agar
merasa sejuk.
Ia berada di dalam telaga kecil itu cukup lama.
Dinginnya air itu membawa kesejukan baginya. Ia
seperti musafir yang berjalan di padang pasir kemudian
menemukan kolam di tengah gurun yang panas.
Ia menikmati saat-saat itu. Ia seperti tidak percaya
semua itu. Bagaimana tidak, di kampungnya orang sudah
65