Page 36 - Cerita Sumur Keramat Jati Herang
P. 36

sekarang  berpindah  ke tangan  Syekh  Mahdum.  Syekh
            Mahdum  menempelkan ujung  golok  itu  ke leher  laki-

            laki  bertopeng  dan  mengancam  akan  menghabisi

            nyawanya jika bungkusan yang berisi mustaka itu tidak

            dikembalikan.
                “Ampun,  Syekh, jangan  bunuh  saya.  Saya  minta

            maaf, saya khilaf.” Syekh terkejut karena merasa suara

            yang  didengarnya  itu  sudah  tidak  asing  lagi  baginya.

            Syekh langsung melepas topeng yang menutupi wajah
            laki-laki itu.

                “Astagfirullah...  Ternyata,  kamu  pencurinya?”

            Syekh  Mahdum  sekarang  tahu  bahwa  yang  ingin

            mengambil mustaka miliknya itu adalah Jaelani, tukang
            dari Kampung Parakan.

                Tak berapa lama  berselang,  ayam  jantan  di

            perkampungan  Waringin  berkokok  menandakan  hari

            sudah  mulai  pagi.  Masyarakat  Kampung  Waringin
            sudah  ada  yang  bangun  dan  bersiap-siap  untuk  pergi

            ke  masjid  untuk  melaksanakan  Salat  Subuh.  Syekh

            Mahdum dan Jaelani kembali ke gubuk  bersama-sama,

            seolah-olah  tidak  pernah  terjadi  apa-apa  di antara



                                                                       27
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41