Page 53 - Cerita Sumur Keramat Jati Herang
P. 53

Warga  berdatangan  mendengar  kejadian  yang
            menimpa Kosim. Mereka merasa bersalah karena tidak

            membantu  lurahnya  membereskan  alat-alat  setelah

            pesta selesai. Kesedihan dan kekesalan terlihat begitu

            jelas  di  wajah  Lurah  Sakti.  Dia  tidak  menyangka
            hal  ini  akan  terjadi  pada  Kosim,  anaknya.  Karena

            kecerobohannya sendiri, anaknya menjadi korban.

                “Bangun,  Nak.  Kosim!  Kosim!  Jangan  tinggalkan,

            Nyai, Nak!” Nyai  menggocang-goncangkan  tubuh
            Kosim.  Berkali-kali  Kosim  dibangunkan,  tetapi  tidak

            juga  terbangun.  Lurah  Sakti  merasa  bersalah  kepada

            istrinya.

                “Abah,  kenapa  Kosim  ,Bah? Kenapa  Kosim  tidak
            mau bangun?” Nyai meratapi tubuh Kosim yang tidak

            bergerak sama sekali.

                “Maafkan  Abah,  Nyai.  Ini  semua  sudah  kehendak

            Gusti Allah. Kita harus ikhlas menerima musibah ini.”
                “Tetapi  Bah, Kosim  anak  kita  satu-satunya.  Nyai

            tidak mau kehilangan Kosim, Bah”.

                “Sudahlah,  Nyai,  kita  harus  ikhlas.  Berdoa  saja

            kepada Yang Mahakuasa agar Kosim dapat pulih seperti



            44
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58