Page 18 - Sumut-Putri Lopian
P. 18
terletak di kaki gunung Batara. Penduduk di kerajaan
ini berbahasa Batak dan berbahasa Melayu Pesisir. Saat
itu dia bertemu dengan dua orang pemuda yang sedang
mengumpulkan kayu bakar di pinggir desa. Mereka
adalah Ogek dan adiknya. Setelah mengetahui hal itu,
sang Putri pun cepat-cepat bersembunyi di balik pohon.
“Apakah kau melihat seseorang di balik daun jati
itu, Dik?” tanya Ogek keheranan bercampur takut.
“Iya, benar, Bang. Ambo melihat seorang gadis
sedang berjalan diiringi oleh seekor kura-kura raksasa!”
jawab adik si Ogek gemetar. “Akan tetapi, apo mungkin
itu, Dik? Ndak ado orang di sini selain kito. Jangan-
jangan ....”
“Ogek jangan bicara macam-macam ambo takut
ni....” Mereka semakin ketakutan karena mengira yang
mereka lihat tadi adalah hantu atau makhluk bunian.
“Coba Ogek tengok lagi di balik semak itu. Mungkin
tadi cuma bayang-bayang pohon,” kata adik si Ogek.
Perlahan-lahan Ogek berjalan menuju semak belukar
yang berjarak sekitar 30 meter di depan mereka, persis
di balik gundukan tanah bekas sarang semut hutan.
Putri Lopian juga ketakutan karena dia mengira kedua
10