Page 11 - Sultra-Teladan Si Buu-buu
P. 11

Bulu-bulu tipisnya tidak kuat menahan dingin, tetapi ia
            ingin sekali menangkap ikan-ikan itu. Karoa sadar itu tidak

            mungkin dilakukannya seorang diri. Monyet tidak suka air
            laut. Air selalu membuat tubuhnya gemetar dan kedinginan.

            Karoa mencoba mencari akal untuk dapat menangkap ikan.
                 Tiba-tiba Karoa teringat sahabatnya seekor burung
            Sarere kecil berwarna putih. Burung itu bernama Buu-Buu.

            Karoa dan Buu-Buu bersahabat karib. Mereka sering bermain
            dan berlomba bersama. Mereka sering berlomba mengisi

            keranjang dengan buah-buah hutan. Siapa yang paling cepat
            mengisi keranjang sampai penuh, dialah pemenangnya. Saat

            berlomba itu, Karoa kalah, sedangkan Buu-Buu menang.
            Karoa marah.

                 “Harusnya aku tidak boleh kalah dari Buu-Buu,” pikir
            Karoa. Ia merasa bahwa dirinya adalah monyet yang lincah,

            bertubuh besar, serta memiliki tangan dan kaki yang kuat,
            sedangkan Buu-Buu hanya memiliki paruh mungil, sayap

            lemah, dan kaki yang kurus. Karena kalah, Karoa berniat
            membalas kekalahannya itu.
                 Setelah melihat banyak ikan di laut, muncullah ide Karoa.

            Ia ingin membuktikan bahwa dirinya lebih kuat daripada
            Buu-Buu. Beberapa kali Karoa mengajak Buu-Buu berlomba

            kembali, tetapi Buu-Buu selalu menolak dengan banyak alasan.





                                          2
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16