Page 21 - Sultra-Teladan Si Buu-buu
P. 21

tubuh Buu-Buu yang kecil dan melemparnya ke dalam lubang
            sarang semut hitam. Dalam hitungan detik, semut-semut

            hitam langsung menyerbu dan menggigit tubuh Buu-Buu.
                 Buu-Buu yang sedang kesakitan melihat Karoa pergi

            meninggalkannya. Ia merintih sambil berkata, “Karoa, Karoa,
            jangan pergi! Jangan tinggalkan aku!”
                 Namun, Karoa tidak peduli. Ia pergi membawa pergi

            semua ikan hasil tangkapan Buu-Buu.  Karoa melangkah
            tanpa sedikit pun menoleh pada Buu-Buu. Buu-Buu

            tidak putus asa. Ia terus memanggil Karoa hingga Karoa
            menghilang dari pandangan mata.

                 Angin dingin berhembus. Buu-Buu kedinginan. Ombak
            masih tetap mengantar buih ke tepian. Tetesan darah dari

            luka Buu-Buu membuat putih pasir laut memerah. Buu-Buu
            terkapar tidak berdaya. Air matanya menetes bukan karena

            perih lukanya, tetapi karena perlakuan Karoa. Cahaya langit
            yang menjemput pagi dan ikan-ikan yang berlompatan pun

            turut merasakan kesedihan hati Buu-Buu.



                                         ***












                                          12
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26