Page 41 - Sultra-Teladan Si Buu-buu
P. 41

“Lihat saja nanti! Sekali kuinjak dan kugigit, bisa lumat
            kalian!” ucap Karoa kesal dalam hati.

                 Ingin sekali ia membunuh semut itu. Meski jumlah
            mereka ratusan, ia sama sekali tidak takut. Tubuh semut

            tidak sebanding besar dengan tubuhnya. Karoa terus mencari
            akal agar bisa memperdayai semut-semut hitam. Ia ingin
            segera bisa menguasai pulau buah.

                 “Oh, ya. Tadi aku juga melihat seekor burung sarere
            menyeretmu dari laut. Boleh aku tahu apa yang terjadi?”

                 “Oh, burung itu jahat dan licik! Ia dan kawanannya
            sudah membunuh teman-temanku. Untungnya aku bersedia

            menyerahkan Pulau Kulisusu, tempat kami tinggal, pada
            mereka. Jadi, aku  dibiarkan hidup. Padahal, sebelumnya

            aku adalah penguasa hutan pulau itu,” kata Karoa sambil
            pura-pura bersedih.

                 “Baiklah. Kamu boleh tinggal di pulau ini. Kita bisa
            bersama-sama menjaga buah dan pohon-pohon di sini.”

                 Karoa girang sekali. Mereka pun bersama-sama menuju
            sebuah pohon.
                 “Tinggallah di pohon itu. Selama kau mau merawat dan

            menjaga kehidupan di sini. Kamu boleh memakan buah apa
            saja yang ada dalam kebun ini.”








                                          32
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46