Page 44 - Sultra-Teladan Si Buu-buu
P. 44

tidak puas, ia terus membakar semua bunga, tumbuhan,
            dan pohon buah-buahan. Karena serakah, ia lupa kalau

            sumber kehidupan di pulau itu berasal dari bunga dan pohon
            yang sedang berbuah itu. Pikirannya hanya satu: tidak ada

            penghuni lain di pulau ini!
                 “Ha ha ha, tidak ada lagi semut kecil hitam! Kini, aku
            yang berkuasa di pulau ini!” Karoa terus tertawa senang.

                 Ia tidak menyadari masih ada ratusan semut merah
            yang berhasil lari bersembunyi di dalam batu, tanah, dan

            air. Mereka menjadi marah. Kebaikan ratu semut yang
            membolehkan Karoa tinggal di Pulau Buah dibalas dengan

            perbuatan yang sangat jahat. Serentak ratusan semut merah
            yang tersisa menyerang tubuh Karoa. Mendapat serangan

            yang tiba-tiba Karoa menjadi panik.
                 Ia berteriak-teriak kesakitan digigit semut merah,

            “Aduh, aduuh!”
                 Karoa masih dapat mengusir beberapa ekor semut.

            Namun, sebagian semut itu ada yang berhasil masuk ke
            dalam hidung dan mulutnya.
                 Saat sedang menyelamatkan diri dari serbuan semut-

            semut, Karoa langsung teringat sahabatnya yang baik hati.
            Hanya Buu-Buu yang pasti mau menolongnya. Karoa pun

            berteriak memanggil Buu-Buu.





                                          35
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49