Page 12 - Terdampar di Renah Majunto
P. 12
“Aku pasti sedang bermimpi,” ucap Riri dalam hati. Namun,
ketika mendengar bunyi letusan di kejauhan, ia pun ikut panik
seperti para penduduk desa yang langsung kocar-kacir ke segala
penjuru untuk menyelamatkan diri. Namun sayang, banyak di
antara mereka yang tewas terkena tembakan.
Tentara-tentara yang menyerang desa itu akhirnya mulai
memasuki desa. Sikap tentara itu masih sangat waspada, senjata
mereka masih teracung ke depan seraya mereka memeriksa setiap
sudut desa untuk mencari penduduk desa yang masih selamat.
Jika bertemu dengan penduduk yang selamat, baik laki-laki
dewasa, anak-anak remaja, wanita, maupun anak-anak, mereka
kumpulkan di alun-alun desa. Mereka itu tentara Belanda.
Tentara Belanda itu semakin dekat ke tempat
persembunyian Riri. Riri merasa mual dan ingin muntah karena
melihat kejadian itu, tetapi ia tidak bisa lari. Kakinya tidak mau
bergerak. Entah bagaimana, ada seseorang yang menariknya
dengan kasar ke sebuah lumbung padi yang berbau apek, tanda
kalau lumbung itu sudah jarang dipakai. Karena kaget, Riri
berusaha berteriak sekuat tenaga, tetapi mulutnya langsung
dibekap sehingga ia tidak bisa bersuara.
“Ssst, diamlah, Nak,” kata suara itu. Suara wanita, tebak Riri
dengan yakin. Ia tidak bisa melihat siapa yang telah menariknya ke
dalam lumbung padi tak terpakai tersebut. Matanya masih belum
bisa menyesuaikan dengan suasana remang-remang di dalam
lumbung padi itu.
7