Page 15 - Terdampar di Renah Majunto
P. 15
Mereka keluar dari ruang bawah tanah lumbung padi
itu. Semua orang bergegas ke berbagai penjuru desa untuk
mengumpulkan barang-barang keperluan mereka. Sebelum
semua orang pergi meninggalkan desa, para penduduk desa
yang selamat menguburkan penduduk yang meninggal kerena
serangan Belanda sebelumnya secara massal malam itu juga. Riri
yang mengamati tubuh-tubuh tak bernyawa yang mulai dikubur
setelah disalatkan merasa marah ketika melihat mayat anak-anak
kecil.
“Mengapa masih ada perang? Mengapa harus seperti ini?
Mengapa semua terjadi begitu tiba-tiba?” batin Riri dengan kesal.
Masih penasaran dengan keadaan di sekitarnya, Riri
hendak bertanya kepada salah seorang penduduk desa yang
selamat. Kemungkinan ia telah terlempar ke masa lalu memang
telah terjadi, begitu pikir Riri. Seperti dugaannya semula, pakaian
penduduk desa itu memang terlihat asing di matanya. Anak-anak
sebaya Riri masih berjalan tanpa alas kaki. Nyatanya hampir
semua orang masih berjalan tanpa alas kaki.
Namun, sebelum ia membuka mulut, ia baru sadar kalau ia
menjadi pusat perhatian penduduk desa yang selamat. Perbedaan
yang mencolok antara pakaian yang dikenakan Riri dan pakaian
anak-anak seusianya memang nyata sekali.
Wanita yang tadi telah menolongnya tiba-tiba berkacak
pinggang. Riri merasa cemas. Di antara seluruh pikirannya ia
tidak tahu harus berkata apa kepada orang-orang ini kalau sampai
mereka bertanya siapa dirinya sebenarnya.
10