Page 16 - Terdampar di Renah Majunto
P. 16
“Tunggu sebentar. Aku belum pernah melihatmu di desa
ini, Nak. Siapa kamu?” tanya wanita itu. Riri hanya terdiam seribu
bahasa dan bingung harus menjawab apa.
“Jika kuamat-amati sedari tadi, kamu bukan berasal dari
daerah ini, ya? Penampilanmu seperti bocah lelaki, pakaianmu
pun menyerupai pakaian bocah lelaki. Namun, aku belum pernah
melihat jenis pakaian yang kaukenakan itu. Bahkan, anak-anak
Belanda pun tidak berpakaian sepertimu, Nak,” lanjut wanita itu.
Orang-orang desa itu mulai saling pandang.. Mereka
semakin curiga kepada Riri.
“Mungkin dia ini mata-mata Belanda!” kata seorang lelaki
dengan pakaian hitam yang memakai kuluk berwarna hitam
bergaris coklat di kepalanya. Riri ingat laki-laki ini. Ia adalah orang
yang berbicara dengan orang asing di hutan tadi siang.
“Kamu pasti bukan orang daerah sini. Kamu pasti orang
Belanda,” seru yang lain.
“Lihat saja, tiba-tiba dia datang kemari dan tiba-tiba pula
Belanda datang menyerang!” kata yang lainnya lagi.
Riri berusaha berbicara, tetapi teriakan marah orang-
orang desa itu membungkamnya. Ia pun tidak bisa berkata apa-
apa. Riri sadar bahwa ia tidak akan bisa membela diri di tengah-
tengah kemarahan orang-orang desa itu.
11