Page 18 - Terdampar di Renah Majunto
P. 18

“Aah, model teluk  belanga,” pikir Riri  sambil  mengingat

            model pakaian adat dari daerah-daerah di seluruh Indonesia yang
            sering dilihatnya di buku peta miliknya. Wanita itu juga memakai
            kuluk di kepala serta sebilah keris di pinggang sama seperti yang
            dipakai oleh para lelaki di desa itu.

                    “Jangan mempersoalkan sesuatu yang remeh seperti ini,”
            katanya tegas.

                    Laki-laki yang paling ingin melenyapkan Riri itu berkata,
            “Aneh. Ia tiba-tiba hadir di sini.”


                    Wanita  itu  mengangkat  tangannya untuk  menghentikan
            protes warga.

                    “Benar, ia tiba-tiba  hadir  di sini,”  katanya dengan agak
            marah. “Namun, coba perhatikan dia baik-baik. Jangan menuduh
            orang lain dengan tuduhan yang tidak jelas seperti ini,” ia terdiam
            sebentar .


                    Desa kita baru diserang oleh Belanda, tetapi bukan berarti
            kita  bisa  menghakimi  orang  asing...,”  katanya  sambil  menunjuk
            Riri  “…sebagai seorang pengkhianat. Bisa saja ia anak  yang
            tersesat dan terpisah dari orang tuanya ketika mereka melewati
            daerah sekitar sini, bukan?” lanjut wanita itu sambil melihat Riri
            tepat di matanya. Riri pun mengangguk.













                                         13
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23