Page 22 - Terdampar di Renah Majunto
P. 22
Tak berapa lama, rombongan Riri dan Makzu mencapai
tepi sungai dan bertemu dengan rombongan-rombongan lain
yang telah menunggu atau rombongan-rombongan lain yang baru
sampai seperti rombongan mereka. Riri memperhatikan para
pengungsi tersebut. Semua pakaian mereka hampir sama seperti
pakaian yang dikenakan oleh Makzu dan penduduk desanya.
Kemudian rombongan itu mulai bergerak kembali
menyusuri sungai ke arah hilir. Mereka berjalan terlunta-lunta
karena badan mereka sudah kepayahan. Di antara pengungsi itu
ada yang membawa beban berat di punggungnya; ada pula yang
menjinjing barang dengan kedua tangan; ada juga yang membawa
karung karung besar yang berisi peralatan rumah tangga serta
pakaian. Anak-anak kecil digendong oleh ibu mereka atau keluarga
masing-masing. Makin lama rombongan itu menjadi semakin
besar seperti gelombang manusia yang tidak putus-putus karena
di setiap titik mereka bertemu dengan para pengungsi yang telah
menunggu di beberapa tempat tertentu.
Semakin lama Riri semakin penasaran akan arah tujuan
mereka sehingga ia pun memberanikan diri bertanya, “Makzu,
sebenarnya kita mau ke mana?”
“Kita akan mengungsi, Riri. Ke Renah Manjuto. Kabar
terakhir yang kudengar, katanya, Belanda akan menduduki Kota
Sungai Penuh.
17