Page 23 - Terdampar di Renah Majunto
P. 23
Pasukan Belanda akan menyerang dari wilayah Muko-
Muko, Bengkulu.”
“Mengapa Belanda mau menyerang kita? Bukankah
kita sudah lama merdeka, Makzu?” tanya Riri lagi. Makzu
mengernyitkan alis mendengar perkataan Riri. Namun, Makzu
tidak terlalu memperhatikan perkataan Riri karena sibuk
memperhatikan orang-orang yang mulai kelelahan.
“Merdeka? Kapan kita merdeka, Nak? Belanda masih ada
di mana-mana. Mereka berniat menjajah kita!” kata Makzu penuh
semangat.
Riri membatin dengan bingung, “Ya ampun, sebenarnya
apa yang sedang terjadi padaku?”
Riri terdiam dan terus mengikuti langkah Makzu yang
menyusuri tepi sungai bersama dengan rombongan yang lainnya.
Pada akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Tempat itu
layaknya sebuah benteng dengan tembok-tembok terbuat dari
kayu yang ditebang dari kayu hutan. Di beberapa tempat, terdapat
menara pengawas yang dihuni dua atau tiga orang bersenjata
api sederhana. Pintu masuknya pun dijaga ketat oleh beberapa
orang pemuda gagah yang juga menyandang senapan sederhana.
Riri pernah melihat senjata jenis itu di museum nasional ketika
ia diajak oleh ayahnya untuk mengunjungi pamannya di ibu kota.
Benteng itu sendiri terletak di dataran rendah yang luas.
Di dalam benteng sederhana itu telah berdiri rumah-rumah besar
yang dapat menampung banyak orang.
18