Page 24 - Terdampar di Renah Majunto
P. 24

Rumah rumah itu  semuanya berbentuk  panggung

            dengan bahan kayu. Beberapa orang pemuda mengoordinasikan
            pembagian rumah-rumah itu. Kelompok wanita akan bergabung
            dengan  kelompok  wanita,  sedangkan  kelompok  laki-laki  akan
            tidur di rumah yang terpisah. Makan malam pun disediakan oleh
            kelompok wanita yang telah tiba di pengungsian itu tak berapa
            lama kemudian.

                    Sambil beristirahat dan menikmati makananan sederhana
            yang  telah disediakan,  Makzu bertanya kepada Riri, “Katakan
            kepada Makzumu  ini, Riri,  mengapa  kamu berkata  kita sudah
            merdeka?”


                    Riri  menelan makanan  yang sedang  dikunyahnya. “Iya,
            memang benar kita  sudah merdeka. Penjajahan,  perbudakan
            atau apa pun itu namanya sudah dihapuskan dari seluruh dunia
            Makzu,” jawab Riri dengan mantap.

                    Makzu menatap Riri dengan tajam.

                    “Apa maksud kata-katamu itu, Riri?” Makzu melanjutkan

            apa  yang  diketahuinya,  “Dari  informasi  yang  kudengar,  perang
            dengan  Belanda  terjadi di mana-mana.  Perang  di wilayah Aceh
            baru saja usai. Banyak korban jiwa di sana. Orang-orang di Aceh
            sangat gigih dalam perjuangan mereka. Namun, mereka akhirnya
            harus menyerah kalah karena kelicikan Belanda yang mengutus
            rakyat Aceh dengan kiai palsu. Kalau tidak salah namanya Snock
            Hurgronje.








                                         19
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29