Page 28 - Terdampar di Renah Majunto
P. 28
Pagi itu Makzu menarik lengan Riri dengan lembut.
“Coba lihat itu,” kata Makzu sambil menunjuk kerumunan
beberapa orang laki-laki separuh baya yang umumnya berjanggut.
Riri mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjukkan oleh
Makzu.
“Kamu lihat laki-laki berjanggut putih itu, Riri? Itu adalah
Tuan Parbo. Namun, kami memanggilnya Tuan Depati.”
“Maksudnya Depati Parbo ya, Makzu?” Riri menggumam
pelan.
“Boleh aku bertanya, Makzu?” tanya Riri, sekalipun ia
sudah tahu jawaban apa yang akan diberikan oleh Makzu. Namun,
ia hanya perlu konfirmasi agar semuanya jelas.
“Sekarang tahun berapa?”
”Entahlah, Riri. Namun, kudengar sekarang ini adalah
tahun tiga,” jawab Makzu dengan tidak yakin. Baru sekali ini Riri
mendengar nada tidak pasti dalam suara wanita itu. Perjuangan
rakyat Kerinci dalam mengusir Belanda dari wilayah Kerinci
terjadi entah tahun 1903 atau 1913. Riri sendiri pun tidak yakin
mana tahun yang benar.
“Boleh aku berkeliling melihat-lihat sebentar, Makzu?”
tanya Riri.
“Tentu saja, Nak. Temui anak-anak sebayamu, ya. Berhati-
hatilah. Jangan berbicara sembarangan,” ujar Makzu dengan
khawatir.
23