Page 29 - Terdampar di Renah Majunto
P. 29
“Iya, Makzu. Aku mengerti,” kata Riri sembari berbalik
badan menuju arah pintu keluar benteng sederhana yang
mengelilingi pengungsian itu.
Pengungsian itu mungkin bahkan tidak sebesar desa yang
kemarin didatangi Riri. Desa tempat ia diselamatkan oleh Makzu.
Bangunan di dalam pengungsian itu hanya ada enam. Empat
bangunan di antaranya adalah rumah-rumah besar tanpa sekat-
sekat ruangan. Ruangan di dalam rumah-rumah itu mirip sebuah
bangsal besar tempat semua yang berkumpul di dalamnya tidur
bersama-sama. Namun, bangsal wanita dan laki-laki dipisahkan.
Bentuk bangunan di pengungsian itu sama seperti bentuk
rumah-rumah panggung yang kemarin sore dilihatnya di desa.
Bentuk rumah-rumah panggung ini jauh lebih sederhana dan
tanpa ada hiasan apa pun. Hanya sebuah bangunan persegi panjang
yang besar dengan jendela-jendela untuk sirkulasi udara. Rumah-
rumah besar itu saling berhadapan dan berbaris dua. Di bagian
sebelah kiri adalah rumah untuk pengungsi laki-laki, sedangkan
di seberangnya adalah rumah untuk pengungsi perempuan.
Ada dua bangunan yang lebih kecil yang terletak di
sebelah bangsal untuk perempuan dan laki-laki. Bangunan itu
ternyata adalah dapur umum. Bangunan dapur umum itu pun
sama sederhananya dengan bangunan bangsal. Di dalamnya
banyak tungku tanah liat yang menyala dengan kayu bakar
sebagai sumber energi, bukti bahwa kegiatan memasak sedang
berlangsung. Bangunan itu pun memiliki banyak jendela untuk
mengeluarkan asap.
24